Perkembangan Fauna


Keanekaragaman Jenis Burung


Dalam 4 kali pengamatan lapangan pagi selama bulan Nopember – Desember 2018, diperoleh 20 jenis burung di Kawasan Taman Kehati Kiarapayung. Catatan perjumpaan / hasil pengamatan pada umumnya berupa suara, sedangkan hasil pengamatan visual terbatas pada jenis-jenis burung yang berukuran besar dan terbiasa dengan kehadiran aktivitas manusia di kawasan tersebut.


Indeks Keragaman


Selama 4 kali pengamatan, di setiap titik tim menemukan beberapa jenis burung yang hampir selalu sama. Hal ini diduga karena karakter habitat dan tegakan di setiap titik pengamatan itu berbeda, sehingga jenis burung yang ditemukan pun berbeda. Di dalam tabel di bawah ini dijelaskan keterangan lokasi setiap titik pengamatan dan gambaran umum habitat yang ada di titik tersebut.Indeks keanekaragaman jenis Shannon Wienner (H’) untuk seluruh satwa burung yaitu 2,0680 dengan indeks kemerataan jenis (E) 0.4785. Nilai indeks keanekaragaman jenis tersebut tergolong sedang dan nilai kemerataan jenis tergolong sedang.






Komposisi dan Kelimpahan


Komposisi data dijumpainya 65 individu burung dari 21 spesies yang merupakan representasi dari 18 famili (keluarga) dan 9 ordo (bangsa).

Struktur komunitas burung yang dijumpai di kawasan konservasi Taman Kehati Kiara Payung merupakan kombinasi jenis burung air, burung petengger, dan burung terrestrial, dengan dominansi kelompok burung petengger dan terrestrial. Dari 21 spesies yang tercatat 19 diantaranya merupakan kelompok burung petengger dan terrestrial meskipun terdapat beberapa spesies diantaranya yang dapat disebut sebagai burung aerial atau terspesialisasi untuk lebih banyak menghabiskan waktunya di udara, misalnya anggota famili Apodidae. Dominannya kelompok jenis burung petengger disebabkan oleh karakter habitat di

lokasi studi yang merupakan hutan dengan vegetasi pohon di dataran tinggi.


Spesies burung dominan di kawasan konservasi Taman Kehati Kiara Payung (nilai kelimpahan relatif >5%) mencakup Walet linci (Collocalia linchi) dengan persentase kelimpahan adalah 22% dari total populasi seluruh spesies burung. Selanjutnya terdapat spesies Pelanduk Topi-hitam (Pellorneum capistratum) dengan kelimpahan relatif 11%, Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) dengan kelimpahan relative 7%, serta jenis Kadalan Birah (Phaenicophaeus curvirostris), Cabak Maling (Caprimulgus macrurus), Caladi Ulam (Dendrocopos macei), dan Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) dengan kelimpahan relatif maing-masing 6%. Tercatat juga kegiatan bersarang dari jenis burung Pelanduk Topi-hitam.Kemudian pada tingkat ordo, kekayaan spesies tertinggi adalah untuk Passeriformes (bangsa burung petengger, 12 spesies) yang mana umumnya juga merupakan ordo burung dominan di berbagai tipe habitat. Selanjutnya terdapat ordo Cuculiformes (bangsa wiwik, 2 spesies), serta ordo Coraciiformes (bangsa burung cekakak, 2 spesies).


Tingkat Keanekaragaman dan Status Perlindungan 

Berdasarkan hasil studi selama dua hari pada tanggal 9-11 Juni 2022, nilai H’ dari komunitas burung di area konservasi PT Cikarang Listrindo di Taman Kehati Kiara Payung Sumedang adalah 2,74 atau termasuk kategori keanekaragaman ‘SEDANG’ (1


Meskipun terdapat spesies dengan kelimpahan relatif >10% namun secara umum tidak terjadi kompetisi antar spesies burung yang memiliki niche yang sama sehingga banyak spesies dapat hidup bersama dan saling dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal. Pada lokasi pengamatan terdapat 2 spesies burung yang secara nasional dilindungi melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018, yaitu jenis Elang Ular-bido (Spilornis cheela) dan Tangkar Centrong (Crypsirina temia). PerMen LHK No. 106 Th. 2018 tersebut adalah peraturan perundangan terbaru yang merupakan revisi kedua atas PerMen LHK No. 20 Th. 2018 yang juga merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1999. Selain itu sepanjang proses studi juga tercatat dua spesies endemik Indonesia yaitu jenis burung Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) dan Bondol Jawa (Lonchura eucogastroides).